Selasa, 08 Oktober 2013

Perilaku Produsen


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat illahi robbi, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro yang berjudul “ Perilaku Produsen ”.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami selaku tim penyusun makalah  mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak  Benny Prawiranegara, SE., M.M. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Mikro. 
2.      Bpk. Ade Suherman, S.Pd., M.Pd. selaku dosen wali tingkat IE Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis 
3.      Rekan- rekan tingkat IE Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis 
4.      Rekan- rekan Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis.
Dan semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah  ini. Selain itu dalam penyusunan makalah  ini tentu banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu kami menerima dan mengharapkan kritik serta sarannya. Guna menyempurnakan kekurangan- kekurangan di dalam makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan agar makalah  ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama para pembaca umumnya dan khususnya bagi para penyusun.

Wassalamu’alaikum. Wr.wb.

Ciamis, Juni 2013

Penyusun



DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.            Latar Belakang

Ekonomi  adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabka kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dalam dua besaran, yaitu mikro ekonomi  dan  makro ekonomi. Ilmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang mempelajari Ekonomi dalam tatarannya terhadap kebijakan pemerintah, inflasi dan deflasi, tingkat pengangguran, dan seterusnya.  Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.
Dengan pendekatan ekonomi mikro, terutama yang menyangkut perilaku produsen, khususnya suatu hukum yang disebut “Hukum hasil lebih yang semakin berkurang” serta produksi optimal, diharapkan dapat dicapai kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumberdaya atau input sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Sadar atau tidak, produsen sangat berpengaruh terhadap masyarakat karena produsen yang menyediakan sebagian dari kebutuhan kita. Namun, produsen tidak asal menyediakan keperluan masyarakat. Dalam memproduksi barang yang akan disalurkan, produsen juga memiliki tahap-tahap yang harus dijalankan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, para produsen juga harus jujur dalam pembuatan produksinya maupun dalam penjualan produksinya agar masyarakat dapat tetap percaya kepada produsen yang bersangkutan.
Dalam teori ekonomi, berbagai jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit badan usaha yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu “mencapai keuntungan yang maksimum”. Untuk tujuan itu, ia menjalankan usaha yang bersamaan, yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara yang seefisien mungkin.

1.2.            Tujuan

Adapun pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro semester 2 tentang Perilaku Produsen. Selain itu makalah ini dibuat agar kita dapat memahami tingkah laku produsen dalam melakukan proses produksi, dan menambah wawasan kita tentang :
·         Pengertian produksi dan produsen
·         Tujuan kegiatan produksi
·         Faktor-faktor produksi
·         Teori produksi
·         Biaya produksi
·         Produksi optimal
·         Perlaku produsen
·         Contoh perilaku produsen yang merugikan

1.3.            Sistematika Penulisan

1.1.      Latar Belakang
1.2.      Tujuan
1.3.      Sistematika Penulisan
2.1.      Produksi
2.2.      Tujuan Kegiatan Produksi
2.3.      Faktor-faktor Produksi
2.4.      Teori Produksi
2.4.2.   Fungsi Produksi
2.4.3.   Teori Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
2.4.4.   Teori Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
2.5.      Biaya Produksi
2.6.      Produksi Optimal
2.7.      Perilaku Produsen
2.7.1.   Perilaku Produsen dalam Kegiatan Perekonomian
2.7.2.   Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi
3.1.         Kesimpulan


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.            Produksi

Produksi adalah kegiatan menambah faedah (kegunaan) suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah faedah suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Sedangkan kegiatan menambah faedah suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa.
Produksi barang selanjutnya dapat dibedakan atas produksi barang konsumsi dan produksi barang modal. Barang konsumsi merupakan barang yang siap untuk dikonsumsi. Sedangkan barang modal adalah barang barang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang berikutnya. Jadi barang modal tidak dapat digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan.
Produksi jasa juga dapat dibedakan atas jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan dan jasa yang tidak secara langsung memenuhi kebutuhan. Film, perawatan dokter, pergelaran musik, jasa seorang guru merupakan contoh produksi jasa yang langsung memenuhi kebutuhan. Sedangkan pengangkutan, pergudangan, perbankan merupakan contoh produksi jasa yang tidak secara langsung memenuhi kebutuhan.
Orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau dipasarkan adalah produsen. Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1.      Berapa output yang harus diproduksikan, dan
2.      Berapa dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Adapun tahap-tahap produksi adalah sebagai berikut :
1.      Mencari tahu  keinginan pasar atau konsumen.
2.      Desain produk, mendesain produk sesuai dengan keinginan pasar atau konsumen.
3.      Proses produksi, memproses produksi secara efektif dan efisien sesuai dengan desain produk.
4.      Pemasaran dan pendistribusian produk dengan pelayanan yang baik.
5.      Perilaku produsen dalam kegiatan ekonomi

2.2.            Tujuan Kegiatan Produksi

Tujuan kegiatan produksi secara umum adalah menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia guna mencapai kemakmuran. Kemakmuran tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
Perlu kita ketahui bahwa dalam kegiatan produksi terdapat beberapa pihak yang terkait. Pertama adalah pihak yang menghasilkan atau memproduksi barang dan jasa yang biasa disebut dengan produsen. Sedangkan pihak kedua adalah pihak yang mengkonsumsi barang dan jasa yang disebut dengan konsumen atau masyarakat. Oleh karena itu tujuan produksi dapat dilihat secara khusus dari kepentingan pihak-pihak tersebut. Bagi produsen, tujuan produksi adalah untuk meningkatkan keuntungan serta menjaga kesinambungan perusahaan. Sedangkan bagi konsumen atau masyarakat, tujuan produksi adalah untuk menyediakan berbagai benda pemuas kebutuhan.

2.3.            Faktor-faktor Produksi

Faktor-faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas tenaga kerja manusia, sumber daya alam, modal dan keterampilan (skill).

2.3.1.      Faktor Produksi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang memegang peranan penting. Setiap proses produksi membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan, keahlian, dan latar belakang pendidikan yang berdeda. Walaupun penggunaan sebagian tenaga kerja dapat digantikan oleh mesin, tetapi tidak semua proses produksi dapat digantikan oleh mesin atau alat teknologi lainnya.
Dalam faktor produksi tenaga kerja ini terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
a.       Tenaga kerja menurut kualitasnya
1)      Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yang memperoleh pendidikan tertentu baik formal maupun non formal sehingga memiliki keahlian di bidangnya. Contoh: dokter, insinyur, akuntan, psikologi, peneliti.
2)      Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
3)      Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour), yaitu tenaga kerja yang tidak melalui pendidikan dan latihan atau tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani. Contoh: tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
b.      Tenaga kerja menurut sifat kerjanya
1)      Tenaga kerja rohani, yaitu tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.
2)      Tenaga kerja jasmani, yaitu tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya adalah tukang las, pengayuh becak dan sopir.
Tenaga kerja (labour) didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, peda tingkat gaji atau upah tertentu dalam rentang waktu tertentu. Setiap tenaga kerja yang bekerja memperoleh balas jasa berupa upah atau gaji, yang telah ditentukan sebelumnya.
·         Teori Pemberian Upah
Definisi upah dalam arti sempit merupakan sesuatu yang diterima dari semua macam pekerjaan yang ditujukan dalam usaha produksi berupa pencurahan jasmani (fisiknya saja). Sedangkan definisi upah dalam arti luas merupakan sesuatu yang diterima dari semua macam pekerjaan yang ditujukan dalam usaha produksi berupa pencurahan jasmani dan rohani (loyalitas).
Jadi upah merupakan sesuatu yang diterima tenaga kerja sebagai balas jasa atas penggunaan tenaga, keahlian dan keterampilan mereka dalam proses produksi.
1.      Teori upah alam
Teori ini dikemukakan oleh seseorang ahli ekonomi klasik, David Ricardo, yang berpendapat bahwa upah di masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu upah alami dan upah atas kekuatan permintaan dan penawaran atau upah pasar, yang saling mempengaruhi. Upah alami adalah upah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan keluarganya sehari-hari. Secara kasar dapat dikatakan bahwa upah alami ini adalah upah untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Karenanya, kesejahteraan hidup tenaga kerja tidak terjamin sehingga buruknya kualitas kesehatan. Secara tidak langsung hal ini dapat mengakibatkan penurunan tingkat pertambahan penduduk, sehingga peningkatan permintaan tenaga kerja tidak diiringi dengan peningkatan penawaran tenaga kerja. Tingginya permintaan tenaga kerja dibandingkan dengan penawaran akan meningkatkan kenaikan upah. Upah inilah yang disebut dengan upah pasar, yaitu upah yang terjadi karena kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar. Pada gilirannya upah ini akan memperbaiki kualitas gizi tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan dan kesehatan. Dengan demikian jumlah tenaga kerja akan meningkat, sementara permintaan terhadap tenaga kerja tetap. Kondisi ini akan memaksa tingkat upah untuk turun kembali, demikianlah terjadi terus menerus sehingga tingkat upah berkisar pada upah alami dan upah pasar.
2.      Teori Upah Besi
Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Lasalle, salah seorang ahli ekonomi dari mazhab sosialis. Ia mengasumsikan bahwa pengusaha berada posisi yang kuat, dan ingin memaksimalkan keuntungannya, sementara buruh berada posisi yang lemah, atau tidak memiliki kekuatan tawar menawar sama sekali. Posisi buruh yang lemah ini membuat mereka harus pasrah pada nasib, dan bersedia menerima upah pada tingkat serendah apa pun demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Itulah sebabnya mengapa teori ini dinamakan upah besi, karena upah yang diterima buruh benar-benar hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal hidupnya.
3.      Teori Upah menurut Kesusilaan
Bertolak belakang dengan teori upah besi, teori upah menurut kesusilaan berpendapat bahwa pembayaran upah harus didasarkan atas pertimbangan kemanusiaan. Setiap orang mempunyai hak untuk dapat memenuhi kebutuhan  hidupnya secara layakdan wajar, sehingga tidaklah pantas apabila upah yang dibayarkan kepada mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Untuk itu, selain pembayaran upah perlu juga dibayarkan tunjangan-tunjangan lain seperti tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, dan tunjangan pendidikan. Teori ini dikemukakan oleh rohaniawan-rohaniawan Katolik dan Protestan.
4.      Teori Produktivitas Batas Kerja
Teori yang mengemukakan bahwa besarnya upah pada dasarnya tidak dapat melebihi tingginya produktivitas tenaga kerja. Misalnya;
TK
Total Produksi
Marginal Produksi
Upah
1
10 ton
-
3 ton
2
13 ton
3 ton
2,5 ton
3
15,5 ton
2,5 ton
1,7 ton

2.3.2.      Faktor Produksi Modal

Dalam arti sempit modal adalah barang-barang produksi yang telah diproduksi. Sedangkan dalam arti luas modal adalah selain barang-barang produksi yang telah diproduksi, keterampilan, pengetahuan dan kecakapan sumber daya manusi merupakan modal. Faktor produksi modal adalah benda-benda hasil produksi yang digunakan untuk proses produksi barang dan jasa lain.
Barang modal dipergunakan secara luas dalam proses produksi modern, karena dapat meningkatkan produktivitas faktor produksi. Sedangkan untuk mendapatkan barang modal pengusaha membutuhkan dana. Pemikiran matang dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam mengalokasikan dana pada berbagai faktor produksi ini, karena selain melibatkan dana yang tidak sedikit, investasi pada barang modal juga memakan waktu lama. Setiap pengusaha harus dapat memperhitungkan biaya dan keuntungan yang akan didapatkan dari penanaman dana, agar tidak merugi di masa yang akan datang.
Penginvestasian dana ke dalam barang modal harus memperhitungkan apa yang disebut bunga modal. Bunga modal adalah pendapatan atau balas jasa yang diterima pemilik modal karena telah menanamkan modalnya dalam suatu proses produksi.
·         Teori Bunga Modal
1)      Teori Bunga Klasik
Adam Smith mengemukakan bahwa modal dapat berbunga karena ada kegiatan tarak (tidak melakukan konsumsi), teori ini dianut kaum kapitalis. Dalam arti lain kaum kapitalis tidak mengkonsumsi semua pendapatannya sehingga mendapatkan hadiah berupa bunga.
2)      Teori Neo Klasik
David Ricardo mengemukakan bahwa bunga muncul karena adanya perpotongan antara skala permintaan dana dengan skala penawaran dana.
3)      Teori Liquidity Preference dari J.M. Keyness
Menurut J.M. Keyness, uang yang kita miliki saat ini merupakan uang tunai atau likuid. Memiliki uang tunai akan memberikan kesenangan tersendiri karena setiap saat kita dapat melakukan transaksi apa pun. Oleh sebab itu pemilik modal yang telah mengorbankan kesenangannya berupa likuiditas dan kebebasab untuk bertransaksi karena meminjamkan dananya kepada pihak lain, sudah sewajarnya mendapatkan ganti rugi atau balas jasa berupa bunga modal.
4)      Teori Abstinence dari Nassau Willian Senior
Menurut Nassau Willian Senior, seorang yang memiliki modal berarti memiliki kesempatan atau kenikmatan. Kesempatan atau kenikmatan itu harus dikorbankan pemilik modal karena meminjamkan atau menanamkan modalnya dalam satu proses produksi tertentu. Sebagai balas jasanya, perlu diberikan bunga. Teori ini sering juga disebut dengan Teori Pengorbanan.

2.3.3.      Faktor Produksi Tanah

Tanah merupakan sumber daya alam yang menjadi faktor produksi utama, karena segala macam kegiatan produksi tidak dapat dilakukan tanpa tanah. Membuat peternakan udang, membuka usaha konveksi, membangun jalan dan jembatan, sampai membangun gedung perkantoran dilakukan di atas sebidang tanah. Tanah dalam artian faktor produksi juga mencakup semua sumber daya alam yang ada di atas maupun di dalamnya, seperti hutan, sungai, air terjun, udara dan segala macam mineral dan barang tambang.
Ada tiga karakteristik tanah yang tidak dimiliki oleh faktor produksi atau sumber daya lain, yaitu ;
a)      Jumlah tanah yang tersedia tetap. Sampai kapan pun, total luas tanah yang tersedia bagi manusia tidak akan bertambah meskipun sumber daya alam yang ada di atas dan di dalamnya bisa saja bertambah atau berkurang.
b)      Tidak ada biaya untuk memproduksi tanah. Sebagai implikasi dari tetapnya jumlah tanah yang tersedia, maka setiap orang yang menggunakan tanah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memproduksi tanah, karena tanah telah tersedia dan siap untuk diolah oleh manusia.
c)      Secara geografis, tanah tidak bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Hasil sumber daya alam yang diperoleh dari tanah bisa saja berpindah. Misalnya pepohonan bisa kita pindahkan dari stu lokasi ke lokasi lainnya.
·         Teori Sewa Tanah
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya, produsen membutuhkan sebidang tanah. Namun tidak semua produsen memilikinya. Untuk mendapat tanah, produsen bisa saja membeli, meminjam, atau menyewakan tanah, dengan membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi atas penggunaan tanah tersebut dalam proses produksi. Secara umum, para ahli ekonomi menyebut biaya ganti rugi ini sebagai harga sewa tanah.
Sewa tanah adalah harga yang diberikan kepada para pemilik tanah karena telah menyewakan tanahnya ke dalam proses produksi. Berikut ini adalah beberapa teori sewa tanah diantaranya:
1)      Teori Perbedaan Kesuburan
Salah seorang ekonom penganut aliran klasik, David Ricardo berpendapat bahwa sewa tanah muncul sebagai ganti rugi yang dibayarkan kepada pemilik tanah atas penggunaan tanah tersebut. Menurut teori ini sewa tanah dibagi menjadi tiga kategori yang dikenal dengan “Rente Diferensial”, yaitu :
a.       Tingkat kesuburan
b.      Letak strategis
c.       Intensitas pengolahan
2)      Teori sewa sesuai hukum permintaan dan penawaran
Tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting. Permintaan tanah yang terus meningkat sementara penawaran tidak mengalami peningkatan mengakibatkan naiknya harga sewa tanah. Akibatnya, sewa tanah dibayar bukan lagi karena kesuburannya, tetap lebih ditekankan kepada keperluan akan tanah tersebut. Besarnya sewa yang harus dibayar dipengaruhi oleh jenis penggunaan tanah. Jika tanah tersebut digunakan untuk pembudidayaan tanaman ekspor, maka sewa tanah umumnya naik, karena harga barang ekspor yang cenderung tinggi. Jadi, sewa tanah tergantung dari peruntukan, hasil yang didapatkan serta interaksi permintaan dan penawaran.

2.3.4.      Faktor Produksi Keterampilan (Skill)

Faktor produksi keterampilan adalah keterampilan atau keahlian seseorang dalam memanfaatkan/mendayagunakan faktor produksi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa.
Faktor produksi keterampilan ini disebut juga denga faktor prouksi kewirausahaan. Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan yang mampu mengelola dan mengambil keputusan atas berbagai faktor produksi, agar usaha tersebut bisa berjalan secara efektif dan efisien, guna mencapai tujuan perusahaan/badan usaha yang telah ditetapkan.
Untuk seorang wirausahawan, balas jasa yang mereka terima disebut laba, yang merupakan bagian keuntungan yang diperoleh perusahaan. Berikut beberapa teori yang mengemukakan alasan mengapa seorang wirausahawan mendapatkan laba, yaitu :
1)      Teori Jean Baptiste Say
Menurut J.B. Say, seorang wirausahawan adalah orang yang harus mampu memimpin dan mengawasi jalannya perusahaan agar perusahaan tersebut mampu meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh sebab itu sebagai balas jasa maka wirausahawan layak mendapatkan bagian yang disebut dengan laba pengusaha.
2)      Teori Karl Marx
Teori Karl Mark yang terkenal dengan teori nilai lebih (surplus value theory) mengatakan bahwa laba pengusaha muncul karena adanya perbedaan antara upah yang seharusnya dan upah yang dibayarkan kepada buruh, dimana upah yang dibayarkan lebih rendah dari upah yang seharusnya. Selisih ini disebut dengan nilai hsil kerja buruh, yang kemudian diberikan kepada wirausahawan. Misalnya tenaga kerja yang memiliki nilai produktivitas Rp 10.000,00 hanya diberikan upah Rp 7.000,00. Sedangkan selisih Rp 3.000,00 merupakan nilai lebih yang dijadikan laba wirausahawan. 
3)      Teori Hawley
Hawley berpendapat bahwa salah satu fungsi dari pengusaha adalah menanggung segala resiko yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk pada saat perusahaan gagal. Karena itu, wirausahawan berhak mendapatkan bagian dari laba perusahaan. Teori ini dikenal juga dengan risk bearing theory.

2.4.            Teori Produksi

Penggabungan berbagai faktor-faktor produksi biasa disebut dengan masukan atau input, dihasilkan hasil produksi yang disebut output. Proses penggabungan dan pembentukan berbagai masukan menjadi keluaran ini dinamakan sebagai proses produksi. Bagaimana proses produksi berlangsung? Bagaimana seorang pengusaha konveksi menentukan beberapa jumlah pekerja, mesin jahit serta peralatan lainnya yang dibutuhkan agar produksi pakaiannya bisa maksimal? Pertanyaan ini sebenarnya terangkum dalam teori produksi. Teori produksi menggambarkan perilaku produsen dalam memproduksi barang dan jasa.

2.4.1.      Klasifikasi Faktor Produksi

Untuk tujuan analisis proses produksi, faktor produksi (input) dapat dibedakan atas faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya dalam waktu tertentu. Faktor produksi ini dapat diubah, tetapi dengan biaya yang sangat besar dan biasanya dalam jangka panjang. Contohnya gedung, mesin, dan kendaraan.
Faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang dapat diubah dengan cepat dalam jangka pendek. Contonya tenaga kerja dan bahan baku.

2.4.2.      Fungsi Produksi

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Fungsi produksi merupakan interaksi antara masukan (input) dengan keluaran (output). Misalkan kita memproduksi jas. Dalam fungsi produksi, jas itu bisa diproduksi dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu komposisinya diubah begitu saja, maka hasilnya juga akan berubah. Namun, output dapat tetap sama bila perubahan satu komposisi diganti dengan komposisi yang lain. Misalnya penurunan jumlah mesin diganti dengan penambahan tenaga kerja.  Secara matematis, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :


Q = f (L, R, C, T)
 
 
Dimana Q adalah jumlah barang yang dihasilkan (quantity), f adalah simbol persamaan fungsional (function), L adalah tenaga kerja (labour), R adalah kekayaan alam (resources), dan C adalah modal (capital), serta T adalah teknologi (technology).
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, jumlah modal, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dengan jumlah yang berbeda-beda juga.

2.4.3.      Teori Produksi dengan Satu Faktor Produksi Variabel

Teori produksi dengan satu faktor produksi variabel menggambarkan tentang  hubungan  antara tingkat produksi suatu barang dengan satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang  lain dianggap penggunaannya  tetap pada tingkat tertentu (ceteris  paribus). 
·         Hukum hasil lebih yang semakin berkurang
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum ini menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlanhnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif.  Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, pada tahap kedua produksi total pertambahannya semakin lambat, dan pada tahap ketiga produksi total semakin lama semakin berkurang.
Di dalam mempelajari teori produksi dengan satu faktor produksi variabel  terdapat  tiga  ukuran  penting  yang  perlu diperhatikan,  yaitu :
a.       Produk  Total  (total product-TP)
Produk  Total  (total product-TP)  adalah jumlah keluaran (output) yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Produk total dapat digambarkan dalam Kurva Produk Total  (TPC)  atau Total Physical Product Curve  yaitu  kurva  yang menunjukkan  tingkat  produksi  total  (TP)  pada  berbagai  tingkat  penggunaan  input variabel.
b.      Produk  Rata-Rata  (average product-AP)
Produk  Rata-Rata  (average product-AP) adalah  hasil  bagi produk total dengan jumlah faktor produksi variabel yang digunakan untuk memproduksi. Dalam bentuk matematis, produk rata-rata dapat dihitung dengan rumus ;
AP =
Dimana :
AP             = produk rata-rata,
TP              = produk total,
L                = tenaga kerja.
Produk rata-rata dapat digambarkan dalam Kurva Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APC), yaitu kurva yang  menunjukkan  hasil  rata-rata  per  unit  input  variabel  pada  berbagai  tingkat penggunaan input tersebut.
c.       Produk Marjinal  (marginal product-MP)
Produk Marjinal  (marginal product-MP) adalah  pertambahan output yang dihasilkan dari pertambahan satu unit faktor produksi variabel. Dalam bentuk matematis, produk rata-rata dapat dihitung dengan rumus ;
MP=
Dimana :
MP            = produk marjinal
TP              = produk total
L                = tenaga kerja
r              = perubahan (selisih)
Produk marjinal dapat digambarkan dalam Kurva  Produk Marginal  (MPC)  atau  Marginal  Physical  Product  Curve  (MPP),  yaitu kurve  yang  menunjukkan  tambahan  output  (Y)  yang  disebabkan  oleh  penggunaan tambahan satu unit input variabel.

2.4.4.      Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel

Teori produksi dengan dua faktor produksi variabel menggambarkan hubungan  antara tingkat produksi dengan dua macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang  lain dianggap penggunaannya  tetap pada tingkat tertentu (ceteris  paribus). 
Dalam teori produksi dengan dua faktor produksi variabel ini terdapat beberapa konsep yang harus dipahami diantaranya:
a.      Kurva Produksi Sama (Isoquant).
Kurva isoquant adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Contoh dalam tabel di bawah ini terdapat empat gabungan tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan produksi sebanyak 1000 unit.
TABEL
Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Prodksi
Gabungan
Tenaga Kerja (unit)
Modal (unit)
A
1
6
B
2
3
C
3
2
D
6
1

Kurva Isoquant
Text Box: Tenaga KerjaText Box: DText Box: BText Box: CText Box: AText Box: IQ = 1000Text Box: IQ1 = 2000Text Box: Modal
Gabungan A menunjukkan bahwa 1 unit tenaga kerja dengan 6 unit modal dapat menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 2 unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal.
b.      Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS).
Jumlah input L yang dapat disubstitusikan terhadap input C agar tingkat output yang dihasilkan tidak berubah. Menunjukkan tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil sepanjang pergerakan ke bawah kurva isoquant.
c.       Garis biaya sama (Isocost).
Garis biaya sama (Isocost) adalah kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah ongkos tertentu. Untuk menggambar isocost ini harus diketahui uang tersedia dan harga masing-masing faktor produksi/input. Anggaran tertinggi yang mampu disediakan produsen untuk membeli input yang digunakan dalam proses produksi dihubungkan dengan harga input.
Berdasarkan contoh yang telah dibuat di atas misalkan upah tenaga kerja adalah Rp 1.000,00 dan biaya modal per unit Rp 2.000,00; sedangkan jumlah uang yang tersedia adalah Rp 8.000,00. Berikut kurva yang menggambarkan garis biaya sama:
Text Box: TC3Text Box: TC2Text Box: TC1Text Box: TCText Box: AText Box: Tenaga KerjaText Box: Modal

2.5.            Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi dibedakan dalam dua jangka waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka pendek adalah jangka waktu di mana perusahaan dapat menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.

2.5.1.      Biaya Produksi dalam Jangka Pendek

·         Biaya Total (Total Cost)
Konsep biaya total dibedakan kepada tiga pengertian, yaitu :
1)      Biaya Total (Total Cost)
Biaya total (Total Cost) adalah keseluruhan jumlah biaya produksi  yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya total didapat dari menjumlahkan biaya tetap total (Total Fixed Cost- TFC) dan biaya tidak tetap total (Total Variable Cost- TVC). Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan rumus berikut :
TC = TFC + TVC
2)      Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Biaya tetap total (Total Fixed Cost) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Membeli mesin, mendirikan pabrik, adalah contoh faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek.
3)      Biaya Tidak Tetap Total (Total Variable Cost)
Biaya tidak tetap total (Total Variable Cost) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang dapat diubah jumlahnya.
Contohya faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000,00. Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang tidak tetap jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang diperlukan. Oleh sebab itu perbelanjaan ke atas bahan mentah semakin bertambah. Dalam analisis biasanya biaya untuk memperoleh bahan mentah diabaikan. Oleh karena itu biaya tidak tetap biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan. 
·         Biaya Rata-rata (Average Cost)
Biaya rata-rata dibedakan kepada tiga pengertian, yaitu :
1)      Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost) diperoleh apabila biaya tetap total (TFC) untuk memperoleh sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata (AFC) adalah :
AFC =
2)      Biaya Tidak Tetap Rata-Rata (Average Variable Cost)
Biaya tidak tetap rata-rata (Average Variable Cost) diperoleh apabila biaya tidak tetap total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tidak tetap rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
AVC =
3)      Biaya Total Rata-Rata (Average Cost)
Biaya total rata-rata (Average Cost) diperoleh apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Nilainya dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
AC =    atau  
AC = AFC + AVC
·         Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya Marginal (Marginal Cost) merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit. Dengan demikian berdasarkan definisi ini, biaya marjinal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
MCn = TCn – TCn-1                atau     MCn =
Dimana :
MCn     = Biaya marjinal produksi ke- n
TCn      = Biaya total pada waktu produksi ke- n
TCn-1    = Biaya total pada waktu produksi ke- n-1
TC       = Biaya total
Q         = Jumlah produksi
r        = perubahan (selisih)

Contoh :
TABEL
Biaya Produksi Jangka Pendek (Ribu Rupiah)
L
Q
TFC
TVC
TC
MC
AFC
AVC
AC
0
0
50
0
50
0
0
0
0
1
2
50
50
100
25,00
25,00
25,00
50,00
2
6
50
100
150
12,50
8,33
16,67
25,00
3
12
50
150
200
8,33
4,17
12,50
16,67
4
20
50
200
250
6,25
2,50
10,00
12,50
5
27
50
250
300
7,14
1,85
9,26
11,11
6
33
50
300
350
8,33
1,52
9,09
10,61
7
38
50
350
400
10,00
1,32
9,21
10,53
8
42
50
400
450
12,50
1,19
9,52
10,71
9
45
50
450
500
16,67
1,11
10,00
11,11
10
47
50
500
550
25,00
1,06
10,64
11,70
11
48
50
550
600
50,00
1,04
11,46
12,50

·         Kurva Biaya Total (Total Cost)

Jumlah Produksi (unit)

 
 




·         Kurva Biaya Rata-rata (Average Cost)
Jumlah Produksi (unit)

 
 



·         Hubungan antara Kurva MC dengan AC

Gambar di atas menunjukkan:
§  Apabila MC < AVC, maka AVC menurun
§  Apabila MC > AVC, maka AVC menaik

2.5.2.      Biaya Produksi dalam Jangka Panjang

Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi (input) yang akan digunakan. Oleh karenanya, produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Ini berarti perusahaan dapat pula menambah mesin-mesin produksi (teknologi), luasan lahan pabrik dan bangunan (tanah). Akibatnya, dalam jangka panjang banyak terdapat kuva jangka pendek yang dapat digambarkan.
·         Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang
Karena perusahaan dapat memperluas kapasitas produksi, maka ia harus dapat menentukan kapasitas pabrik agar dapat meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi, kapasitas pabrik digambarkan dengan kurva biaya total Rata-rata (AC). Sehingga dalam analisis, meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.

·         Beberapa kemungkinan kapasitas pabrik
·         Kurva LRAC (Long Run Average Cost)
Kurva LRAC (Long Run Average Cost) adalah kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah kapasitas produksinya.
Kurva LRAC dibentuk berdasarkan kurva AC yang tak terhingga jumlahnya hingga membentuk garis lengkung berbentuk U. Titik persinggungan merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha dalam jangka panjang.
·         Skala Ekonomi dan Tidak Ekonomi
1)      Skala Ekonomi
Skala kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomi (Economies of scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien. Ini dicerminkan oleh biaya produksi yang bertambah rendah. Pada kurva LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah. Berikut ini merupakan faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi, yaitu :
a.       Spesialisasi Faktor-faktor produksi
Dalam perusahaan yang kecil ukurannya para pekerja harus menjalankan beberapa tugas. Oleh sebab itu mereka tidak dapat mencapai keterampilan yang tinggi di dalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Dalam perusahaan yang besar dilakukan spesialisasi. Setiap pekerja diharuskan melakukan suatu pekerjaan tertentu saja sehingga menambah keterampilan mereka. Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan menurunkan biaya per unit.
b.      Pengurangan Harga bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi lain
Setiap perusahaan membeli bahan mentah, mesin-mesin, dan beberapa jenis peralatan untuk melakukan kegiatan produksi. Harga bahan-bahan tersebut akan bertambah apabila pembelian bertambah banyak. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan-bahan dan peralatan produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan menjadi semakin murah.
c.       Memungkinkan Produk Sampingan (by-product) Diproduksi
Di dalam perusahaan adakalanya terdapat bahan-bahan yang terbuang, yaitu barang-barang yang tidak terpakai  yang merupakan residu yang diciptakan oleh proses produksi. Di dalam perusahaan kecil jumlah barang residu tersebut biasanya tidak banyak dan tidak ekonomis untuk diproses menjadi barang sampingan. Tetapi apabila perusahaan melakukan kegiatan produksi yang besar, dan memiliki barang residu yang cukup banyak, barang residu ini dapat diproses menjadi barang yang diproduksi secara sampingan. Kegiatan yang baru ini akan menurunkan biaya per unit dari keseluruhan operasi perusahaan.
d.      Mendorong Perkembangan Usaha lain
Apabila suatu perusahaan telah menjadi sangat besar, maka timbul permintaan yang cukup ekonomis untuk mengembangkan kegiatan di bidang usaha lain yang menghasilkan barang-barang atau fasilitas yang dibutuhkan perusahaan yang besar tersebut. Sebagai contoh, pembesaran perusahaan lain akan mendorong pemerintah menyediakan jaringan pengangkutan yang baik, dan fasilitas penyediaan air dan listik yang murah. Di samping itu perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa-jasa kepada perusahaan yang besar tersebut akan berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi biaya per unit.
2)      Skala Tidak Ekonomi
Kegiatan memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai skala tidak ekonomi (dis-economies of scale) apabila pertambahan biaya produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata semakin tinggi. Ini disebabkan menurunnya efisiensi produksi.
Penyebab skala tidak ekonomi antara lain apabila organisasi perusahaan sudah sangat besar sekali sehingga menimbulkan kerumitan dalam mengatur dan memimpinnya.

2.6.            Produksi Optimal

Penentuan pola produksi optimal merupakan masalah yang penting dalam suatu perusahaan, karena menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan dan tingkat produksi perusahaan. Ada tiga macam pola produksi, yaitu pola produksi konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil ramalan penjualan dan untuk mengetahui pola produksi optimal yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
Dalam melakukan analisis data yang ada dalam perusahaan yang sesuai dengan pokok permasalahan , maka teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis incremental cost yaitu suatu analisis yang mempertimbangkan biaya-biaya tambahan yang muncul dalam proses produksi dari masing-masing alternative pola produksi yang ada. Biaya-biaya yang dipertimbangkan adalah biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga kerja dan biaya subkontrak. Sedangkan untuk menentukan pola penjualan yang ada dalam perusahaan dilakukan ramalan penjualan dengan metode exponential smoothing Alpha 0.5.
·         Tingkat Produksi Optimal
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimum. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventory cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi sebagai berikut :
1.      Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2.      Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.      Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
·         Penentuan Volume Produksi yang Optimal
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2.      Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
1.      Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.      Biaya modal (opportunity cost of capital)
3.      Biaya keusangan
4.      Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.      Biaya asuransi persediaan,
6.      Biaya pajak persediaan,
7.      Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.      Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya

2.7.            Perilaku Produsen

Dalam mengenal produsen kita perlu mempelajari prilaku produsen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Model perilaku produsen dapat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas produsen. Model perilaku produsen dapat pula di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang diyakinkan produsen dalam mengambil keputusan menjual dan mencari keuntungan. Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku produsen yaitu :
1.      Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan  dan keluarga.
2.      Kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
3.      Tujuan dan fungsi modal perilaku produsen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku produsen.
4.      Menganalisis perilaku produsen akan lebih mendalam dan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek pisikologis manusia secara keseluruhan.
Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya.
Sebuah usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik apabila dijalankan oleh produsen atau yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mencari peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan dan mengelola suatu bisnis.
Pengusaha berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki sebuah usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu barulah sebatas pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan sumber daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang menguntungkan, mencari dan mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis.

2.7.1.      Perilaku Produsen dalam Kegiatan Perekonomian

Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian adalah sebagai berikut :
a.       Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain beberapa kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan perusahaan dengan masyarakat. Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat dan lingkungan yang lebih baik.
b.      Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini adalah perusahaan atau organisasi bisnis.

2.7.2.      Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi

Perilaku produsen dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut :
a.       Perencanaan
Seorang produsen harus mempunyai rencana-rencana tentang tujuan dan apa yang sedang atau akan dicapai. Perencanaan yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1.      Faktual dan realistis; artinya apa yang dirumuskan sesuai fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
2.      Logis dan rasional; artinya apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal sehingga perencanaan dapat dijalankan.
3.      Fleksibel; artinya perencanaan yang baik adalah yang tidak kaku yaitudapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang.
4.      Komitmen; artinya perencanaan harus melahirkan komitmen terhadapseluruh isi perusahaan (karyawan dan pimpinan) untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan perusahaan.
5.      Komprehensif; artinya perencanaan harus menyeluruh dan meng-akomodasi aspek-aspek yang terkait langsung terhadap perusahaan.
b.      Pengorganisasian
Produsen harus dapat mengatur keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian ini, rencana dilakukan dalam sebuah pembagian kerja yang terdapat kejelasan tentang bagaimana tujuan dan rencaana akan dilaksanakan, dikoorninasikan dan dikomunikasikan.
Produsen harus dapat mengalokasikan keseluruhan sumberdaya yang ada (dimiliki) oleh perusahaan untuk mencapai tujuan dan rencana perusahaan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian ini, rencana dan tujuan perusahaan diturunkan dalam sebuah pembagian kerja yang terdapat kejelasan tentang bagaimana rencana dan tujuan perusahaan akan dilaksanakan, dikoordinasikan ,dan dikomunikasikan.
c.       Pengarahan
Langkah berikutnya yang harus dilakukan produsen adalah bagaimana keseluruhan rencana yang telah diorganisir tersebut dapat diimplementasikan. Agar rencana terwujud, produsen wajib mengarahkan dan membimbing anak buahnya.
d.      Pengendalian
Produsen harus melakukan kontrol terhadap apa yang telah dilakukan. Hal ini terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan. Karena, walaupun rencana yang sudah ada dapat diatur dan digerakkan dengan jitu tetapi belum menjamin bahwa tujuan akan tercapai dengan sendirinya. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian (kontrol) dan pengawasan dari produsen atau pengusaha (pimpinan) yang bersangkutan.

2.8.            Contoh Prilaku Produsen Yang Merugikan

Peranan produsen selaku pemasok barang, tentu sangat berpengaruh pada peredaran barang dan naik turunnya harga barang yang diterima masyarakat, jika produsen bertindak semena-mena dalam menaikkan harga barang, sudah pasti para pedagang kelas menengah ke bawah juga akan ikut menaikkan harga, dan pada akhirnya masyarakatlah yang akan mengalami kerugian karena harga yang sampai ditangan mereka pasti sangat mencekik.
Untuk itu, perilaku prdusen tidak boleh sewenang-wenang seperti menaikkan harga sembako sembarangan, karena perilaku seperti itu pasti akan merugikan masyarakat dan merembet ke sektor-sektor ekonomi lainnya.
Demi menjaga stabilnya harga pasar dan perilaku produsen juga para pelaku ekonomi lainnya, maka perlu adanya kebijakan yang mengatur segala tindakan ekonomi agar jangan sampai terjadi istilahnya monopoli perdagangan yang pasti akan mengakibatkan kerugian baik dalam skala kecil maupun skala global. Adapun ciri-cirinya antara lain:
1.      Produsen barang/jasa semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
2.      Kurang memperhatikan kualitas barang
3.      Tidak jujur dalam mengukur berat, ukuran tidak standar.
4.      Kurang memperhatikan kelestarian lingkungan
5.      Tidak taat membayar kewajiban pajak.
Contoh perilaku produsen diantaranya sebagai berikut:
1.      Produsen mencari keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum mungkin.
2.      Produsen memberikan diskon kepada pembeli atau konsumen yang membeli barang dalam jumlah yang banyak yang telah ditentukan produsen itu sendiri.
3.      Produsen mematok biaya produksi berdasarkan faktor input produksi tersebut, sehingga ketika harga salah satu faktor input naik, maka harga jual hasil produksi pun akan ikut naik.
4.      Selain produsen menghasilkan barang atau jasa sesuai kebutuhan konsumen, produsen juga menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat.
5.      Produsen juga mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang terkenal saat itu untuk memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.
6.      Produsen juga memberikan diskon besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang atau biasa disebut cuci gudang.



BAB III

PENUTUP

 

3.1.            Kesimpulan

Produksi adalah kegiatan menambah faedah (kegunaan) suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan produksi ini dilakukan oleh seseorang yang disebut dengan produsen. Seorang produsen dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan, yaitu berapa output yang harus diproduksikan, dan berapa dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan. Secara umum produsen melakukan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia guna mencapai kemakmuran.
Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas tenaga kerja manusia, sumber daya alam, modal dan keterampilan (skill). Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Teori produksi dengan satu faktor produksi variabel menggambarkan tentang  hubungan  antara tingkat produksi suatu barang dengan satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang  lain dianggap penggunaannya  tetap pada tingkat tertentu (ceteris  paribus).
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
·         Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat.
·         Tahap kedua : Produksi total pertambahannya semakin lambat.
·         Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang.
Teori produksi dengan dua faktor produksi variabel menggambarkan hubungan  antara tingkat produksi dengan dua macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang  lain dianggap penggunaannya  tetap pada tingkat tertentu (ceteris  paribus). 
Dalam teori produksi dengan dua faktor produksi variabel ini terdapat beberapa konsep yang harus dipahami diantaranya kurva produksi sama (isoquant), daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS), dan garis biaya sama (Isocost).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Biaya produksi dibedakan dalam dua jangka waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Penentuan pola produksi optimal merupakan masalah yang penting dalam suatu perusahaan, karena menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan dan tingkat produksi perusahaan. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis incremental cost yaitu suatu analisis yang mempertimbangkan biaya-biaya tambahan yang muncul dalam proses produksi dari masing-masing alternative pola produksi yang ada.
Tingkat produksi optimal (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ menggunakan asumsi bahwa barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan, selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan, dan selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2.      Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Model perilaku produsen dapat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas produsen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku produsen, yaitu kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan  dan keluarga, kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, serta tujuan dan fungsi modal perilaku produsen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku produsen.
Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian mencakup manfaat yang diberikan oleh tanggung jawab sosial produsen kepada masyarakat adalah beberapa kepentingan dan kebutuhan masyarakat terpenuhi dan membantu pemerintah dalam mewujudkan tatanan masyarakat. Sedangkan perilaku produsen dalam kegiatan produksi mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian produksi.
Perilaku produsen yang merugikan adalah sewenang-wenang menaikkan harga sembako dengan sembarangan, sehingga merugikan masyarakat dan merembet ke sektor-sektor ekonomi lainnya. Selain itu terdapat beberapa perilaku produsen diantaranya, yaitu produsen mencari keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum mungkin, produsen memberikan diskon kepada pembeli, produsen mematok biaya produksi berdasarkan faktor input produksi, produsen menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat, dan mengadaptasi isu global yang sedang terkenal, serta memberikan diskon besar-besaran (cuci gudang).



DAFTAR PUSTAKA

 

Alam, S. (2007). EKONOMI. Jakarta: Erlangga.
Agussalim, Andi. Makalah Ekonomi Mikro – Perilaku Produsen. Diposkan 13 Desember 2011, http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/13/makalah-ekonomi-mikro-perilaku-produsen/
A Simple Future Is My Choice.Teori dan Perilaku Produsen.  Minggu, 31 Maret 2013 Erlanggaba 10:53:00 PMhttp://erlanggaba.blogspot.com/2013/03/teori-dan-perilaku-produsen.html
HertoniAN' Blog. Produsen dan Fungsi Produksi. Diposkan 21 Maret 2012. http://hertoniraditya.wordpress.com/2012/03/21/perilaku-produsen/
PERILAKU PRODUSEN. Diposkan oleh Dimas novaliyo Jumat, 22 Maret 2013 http://dimasnopalio.blogspot.com/2013/03/prilaku-produsen.html Minggu, 26 Mei 2013, 09.53
Siti Sarah's. Makalah Perilaku Produsen. Diposkan Kamis, 08 Maret 2012. http://sarahitusiti.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-latar-belakang-sadar.html
Sukirno, Sadono. (2011). Mikro Ekonomi (Teori Pengantar). Jakarta : Rajawali Pers.
Tempat Nongkrong. Teori Perilaku Produsen. Diposkan Senin, 15 April 2013 oleh Kevin Reynaldo 20.38. diambil Kamis, 06 Juni 2013 di 19.35 dari  http://achilles-tycoon.blogspot.com/2013/04/teori-perilaku-produsen.html