KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Puji dan syukur penyusun
panjatkan kehadirat illahi robbi, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro yang
berjudul “ Perilaku Produsen ”.
Dalam penyusunan makalah
ini penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami
selaku tim penyusun makalah mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Bapak Benny Prawiranegara,
SE., M.M. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Mikro.
2.
Bpk. Ade Suherman, S.Pd., M.Pd. selaku dosen wali tingkat
IE Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis
3.
Rekan- rekan tingkat IE Prodi Akuntansi Universitas Galuh
Ciamis
4.
Rekan- rekan Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis.
Dan semua pihak yang
telah membantu tersusunnya makalah ini.
Selain itu dalam penyusunan makalah ini
tentu banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu kami menerima dan
mengharapkan kritik serta sarannya. Guna menyempurnakan kekurangan- kekurangan
di dalam makalah ini.
Akhir kata kami
mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak terutama para pembaca umumnya dan khususnya bagi
para penyusun.
Wassalamu’alaikum.
Wr.wb.
Ciamis, Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari ekonomi adalah
bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian
menyebabka kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari
produsen dan konsumen.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi
dalam dua besaran, yaitu mikro ekonomi
dan makro ekonomi. Ilmu Ekonomi
Makro adalah ilmu yang mempelajari Ekonomi dalam tatarannya terhadap kebijakan
pemerintah, inflasi dan deflasi, tingkat pengangguran, dan seterusnya. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah
tangga.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang
bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai
tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan
kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu-individu
lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris
paribus.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah
mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input)
yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi
konsumennya.
Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang
kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan
dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada
pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga
kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.
Dengan pendekatan ekonomi mikro, terutama yang
menyangkut perilaku produsen, khususnya suatu hukum yang disebut “Hukum hasil
lebih yang semakin berkurang” serta produksi optimal, diharapkan dapat dicapai
kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumberdaya atau input sehingga
mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Sadar
atau tidak, produsen sangat berpengaruh terhadap masyarakat karena produsen
yang menyediakan sebagian dari kebutuhan kita. Namun, produsen tidak asal
menyediakan keperluan masyarakat. Dalam memproduksi barang yang akan
disalurkan, produsen juga memiliki tahap-tahap yang harus dijalankan guna
memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, para produsen juga harus jujur dalam
pembuatan produksinya maupun dalam penjualan produksinya agar masyarakat dapat
tetap percaya kepada produsen yang bersangkutan.
Dalam teori ekonomi, berbagai jenis perusahaan
dipandang sebagai unit-unit badan usaha yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu
“mencapai keuntungan yang maksimum”. Untuk tujuan itu, ia menjalankan usaha
yang bersamaan, yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara
yang seefisien mungkin.
1.2. Tujuan
Adapun pembuatan makalah ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro semester 2 tentang Perilaku
Produsen. Selain itu makalah ini dibuat agar kita dapat memahami tingkah laku
produsen dalam melakukan proses produksi, dan menambah wawasan kita tentang :
·
Pengertian produksi dan produsen
·
Tujuan kegiatan produksi
·
Faktor-faktor produksi
·
Teori produksi
·
Biaya produksi
·
Produksi optimal
·
Perlaku produsen
·
Contoh perilaku produsen yang merugikan
1.3. Sistematika Penulisan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
2.1. Produksi
2.2. Tujuan Kegiatan Produksi
2.4. Teori Produksi
2.4.3. Teori Produksi Dengan
Satu Faktor Produksi Variabel
2.4.4. Teori Produksi Dengan
Dua Faktor Produksi Variabel
2.5. Biaya Produksi
2.6. Produksi Optimal
2.7.1. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Perekonomian
2.7.2. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi
3.1.
Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Produksi
Produksi adalah kegiatan menambah faedah (kegunaan)
suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah faedah suatu benda dengan mengubah sifat
dan bentuknya dinamakan produksi barang. Sedangkan kegiatan menambah faedah
suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa.
Produksi barang selanjutnya dapat dibedakan atas
produksi barang konsumsi dan produksi barang modal. Barang konsumsi merupakan
barang yang siap untuk dikonsumsi. Sedangkan barang modal adalah barang barang
yang dipergunakan untuk menghasilkan barang berikutnya. Jadi barang modal tidak
dapat digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan.
Produksi jasa juga dapat dibedakan atas jasa yang
langsung dapat memenuhi kebutuhan dan jasa yang tidak secara langsung memenuhi
kebutuhan. Film, perawatan dokter, pergelaran musik, jasa seorang guru
merupakan contoh produksi jasa yang langsung memenuhi kebutuhan. Sedangkan
pengangkutan, pergudangan, perbankan merupakan contoh produksi jasa yang tidak
secara langsung memenuhi kebutuhan.
Orang yang
menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau dipasarkan adalah produsen. Seorang
produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai
tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1.
Berapa output yang harus
diproduksikan, dan
2.
Berapa dalam kombinasi bagaimana
faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Adapun
tahap-tahap produksi adalah sebagai berikut :
1.
Mencari tahu keinginan pasar atau konsumen.
2.
Desain produk,
mendesain produk sesuai dengan keinginan pasar atau konsumen.
3.
Proses produksi,
memproses produksi secara efektif dan efisien sesuai dengan desain produk.
4.
Pemasaran dan
pendistribusian produk dengan pelayanan yang baik.
5.
Perilaku produsen
dalam kegiatan ekonomi
2.2. Tujuan Kegiatan Produksi
Tujuan kegiatan produksi secara umum adalah menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia guna mencapai kemakmuran. Kemakmuran tercapai jika tersedia
barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
Perlu kita ketahui bahwa dalam kegiatan produksi
terdapat beberapa pihak yang terkait. Pertama adalah pihak yang menghasilkan
atau memproduksi barang dan jasa yang biasa disebut dengan produsen. Sedangkan
pihak kedua adalah pihak yang mengkonsumsi barang dan jasa yang disebut dengan
konsumen atau masyarakat. Oleh karena itu tujuan produksi dapat dilihat secara
khusus dari kepentingan pihak-pihak tersebut. Bagi produsen, tujuan produksi
adalah untuk meningkatkan keuntungan serta menjaga kesinambungan perusahaan.
Sedangkan bagi konsumen atau masyarakat, tujuan produksi adalah untuk
menyediakan berbagai benda pemuas kebutuhan.
2.3. Faktor-faktor Produksi
Faktor-faktor produksi adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor
produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas tenaga kerja
manusia, sumber daya alam, modal dan keterampilan (skill).
2.3.1. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang
memegang peranan penting. Setiap proses produksi membutuhkan tenaga kerja
dengan keterampilan, keahlian, dan latar belakang pendidikan yang berdeda.
Walaupun penggunaan sebagian tenaga kerja dapat digantikan oleh mesin, tetapi
tidak semua proses produksi dapat digantikan oleh mesin atau alat teknologi lainnya.
Dalam faktor produksi tenaga kerja ini terkandung
unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh
karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan
keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
a.
Tenaga kerja menurut kualitasnya
1)
Tenaga kerja terdidik (skilled
labour), yaitu tenaga kerja yang memperoleh pendidikan tertentu baik
formal maupun non formal sehingga memiliki keahlian di bidangnya. Contoh:
dokter, insinyur, akuntan, psikologi, peneliti.
2)
Tenaga kerja terlatih
(trained labour), yaitu tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan
latihan dan pengalaman. Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir,
teknisi.
3)
Tenaga kerja tidak
terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour), yaitu tenaga
kerja yang tidak melalui pendidikan dan latihan atau tenaga kerja yang
mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani. Contoh: tenaga kuli pikul,
tukang sapu, pemulung, buruh tani.
b.
Tenaga kerja menurut sifat kerjanya
1)
Tenaga kerja rohani, yaitu tenaga kerja yang menggunakan
pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.
2)
Tenaga kerja jasmani, yaitu
tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya
adalah tukang las, pengayuh becak dan sopir.
Tenaga kerja (labour) didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu pekerjaan, peda tingkat gaji atau upah tertentu dalam rentang waktu
tertentu. Setiap tenaga kerja yang bekerja memperoleh balas jasa berupa upah
atau gaji, yang telah ditentukan sebelumnya.
·
Teori Pemberian Upah
Definisi upah dalam arti sempit merupakan sesuatu yang diterima dari semua
macam pekerjaan yang ditujukan dalam usaha produksi berupa pencurahan jasmani
(fisiknya saja). Sedangkan definisi upah dalam arti luas merupakan sesuatu yang
diterima dari semua macam pekerjaan yang ditujukan dalam usaha produksi berupa
pencurahan jasmani dan rohani (loyalitas).
Jadi upah merupakan sesuatu yang diterima tenaga kerja sebagai balas jasa
atas penggunaan tenaga, keahlian dan keterampilan mereka dalam proses produksi.
1.
Teori upah alam
Teori ini dikemukakan oleh seseorang ahli ekonomi klasik, David Ricardo,
yang berpendapat bahwa upah di masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu upah alami
dan upah atas kekuatan permintaan dan penawaran atau upah pasar, yang saling
mempengaruhi. Upah alami adalah upah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja dan keluarganya sehari-hari. Secara kasar dapat dikatakan bahwa
upah alami ini adalah upah untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Karenanya,
kesejahteraan hidup tenaga kerja tidak terjamin sehingga buruknya kualitas
kesehatan. Secara tidak langsung hal ini dapat mengakibatkan penurunan tingkat
pertambahan penduduk, sehingga peningkatan permintaan tenaga kerja tidak
diiringi dengan peningkatan penawaran tenaga kerja. Tingginya permintaan tenaga
kerja dibandingkan dengan penawaran akan meningkatkan kenaikan upah. Upah
inilah yang disebut dengan upah pasar, yaitu upah yang terjadi karena kekuatan
tarik menarik antara permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar. Pada
gilirannya upah ini akan memperbaiki kualitas gizi tenaga kerja, peningkatan
kesejahteraan dan kesehatan. Dengan demikian jumlah tenaga kerja akan
meningkat, sementara permintaan terhadap tenaga kerja tetap. Kondisi ini akan
memaksa tingkat upah untuk turun kembali, demikianlah terjadi terus menerus
sehingga tingkat upah berkisar pada upah alami dan upah pasar.
2.
Teori Upah Besi
Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand
Lasalle, salah seorang ahli ekonomi dari mazhab sosialis. Ia mengasumsikan
bahwa pengusaha berada posisi yang kuat, dan ingin memaksimalkan keuntungannya,
sementara buruh berada posisi yang lemah, atau tidak memiliki kekuatan tawar
menawar sama sekali. Posisi buruh yang lemah ini membuat mereka harus pasrah
pada nasib, dan bersedia menerima upah pada tingkat serendah apa pun demi
mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Itulah sebabnya mengapa teori ini
dinamakan upah besi, karena upah yang diterima buruh benar-benar hanya untuk
memenuhi kebutuhan minimal hidupnya.
3.
Teori Upah menurut Kesusilaan
Bertolak belakang dengan teori upah
besi, teori upah menurut kesusilaan berpendapat bahwa pembayaran upah harus
didasarkan atas pertimbangan kemanusiaan. Setiap orang mempunyai hak untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
layakdan wajar, sehingga tidaklah pantas apabila upah yang dibayarkan kepada
mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Untuk itu, selain
pembayaran upah perlu juga dibayarkan tunjangan-tunjangan lain seperti
tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, dan tunjangan pendidikan. Teori ini
dikemukakan oleh rohaniawan-rohaniawan Katolik dan Protestan.
4.
Teori Produktivitas Batas Kerja
Teori yang mengemukakan bahwa
besarnya upah pada dasarnya tidak dapat melebihi tingginya produktivitas tenaga
kerja. Misalnya;
TK
|
Total Produksi
|
Marginal Produksi
|
Upah
|
1
|
10 ton
|
-
|
3 ton
|
2
|
13 ton
|
3 ton
|
2,5 ton
|
3
|
15,5 ton
|
2,5 ton
|
1,7 ton
|
2.3.2. Faktor Produksi Modal
Dalam arti sempit modal adalah barang-barang
produksi yang telah diproduksi. Sedangkan dalam arti luas modal adalah selain
barang-barang produksi yang telah diproduksi, keterampilan, pengetahuan dan
kecakapan sumber daya manusi merupakan modal. Faktor produksi modal adalah
benda-benda hasil produksi yang digunakan untuk proses produksi barang dan jasa
lain.
Barang modal dipergunakan secara luas dalam proses
produksi modern, karena dapat meningkatkan produktivitas faktor produksi.
Sedangkan untuk mendapatkan barang modal pengusaha membutuhkan dana. Pemikiran
matang dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam mengalokasikan dana pada berbagai
faktor produksi ini, karena selain melibatkan dana yang tidak sedikit,
investasi pada barang modal juga memakan waktu lama. Setiap pengusaha harus
dapat memperhitungkan biaya dan keuntungan yang akan didapatkan dari penanaman
dana, agar tidak merugi di masa yang akan datang.
Penginvestasian dana ke dalam barang modal harus
memperhitungkan apa yang disebut bunga modal. Bunga modal adalah pendapatan
atau balas jasa yang diterima pemilik modal karena telah menanamkan modalnya
dalam suatu proses produksi.
·
Teori Bunga Modal
1)
Teori Bunga Klasik
Adam Smith mengemukakan bahwa modal
dapat berbunga karena ada kegiatan tarak (tidak melakukan konsumsi), teori ini
dianut kaum kapitalis. Dalam arti lain kaum kapitalis tidak mengkonsumsi semua
pendapatannya sehingga mendapatkan hadiah berupa bunga.
2)
Teori Neo Klasik
David Ricardo mengemukakan bahwa
bunga muncul karena adanya perpotongan antara skala permintaan dana dengan
skala penawaran dana.
3)
Teori Liquidity Preference dari J.M. Keyness
Menurut J.M. Keyness, uang yang kita
miliki saat ini merupakan uang tunai atau likuid. Memiliki uang tunai akan
memberikan kesenangan tersendiri karena setiap saat kita dapat melakukan
transaksi apa pun. Oleh sebab itu pemilik modal yang telah mengorbankan
kesenangannya berupa likuiditas dan kebebasab untuk bertransaksi karena
meminjamkan dananya kepada pihak lain, sudah sewajarnya mendapatkan ganti rugi
atau balas jasa berupa bunga modal.
4)
Teori Abstinence dari Nassau Willian Senior
Menurut Nassau Willian Senior,
seorang yang memiliki modal berarti memiliki kesempatan atau kenikmatan.
Kesempatan atau kenikmatan itu harus dikorbankan pemilik modal karena
meminjamkan atau menanamkan modalnya dalam satu proses produksi tertentu.
Sebagai balas jasanya, perlu diberikan bunga. Teori ini sering juga disebut
dengan Teori Pengorbanan.
2.3.3. Faktor Produksi Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam yang menjadi
faktor produksi utama, karena segala macam kegiatan produksi tidak dapat
dilakukan tanpa tanah. Membuat peternakan udang, membuka usaha konveksi,
membangun jalan dan jembatan, sampai membangun gedung perkantoran dilakukan di
atas sebidang tanah. Tanah dalam artian faktor produksi juga mencakup semua
sumber daya alam yang ada di atas maupun di dalamnya, seperti hutan, sungai,
air terjun, udara dan segala macam mineral dan barang tambang.
Ada tiga karakteristik tanah yang tidak dimiliki
oleh faktor produksi atau sumber daya lain, yaitu ;
a)
Jumlah tanah yang
tersedia tetap. Sampai kapan pun, total luas tanah yang tersedia bagi
manusia tidak akan bertambah meskipun sumber daya alam yang ada di atas dan di
dalamnya bisa saja bertambah atau berkurang.
b)
Tidak ada biaya untuk
memproduksi tanah. Sebagai implikasi dari tetapnya jumlah tanah yang
tersedia, maka setiap orang yang menggunakan tanah tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk memproduksi tanah, karena tanah telah tersedia dan siap untuk
diolah oleh manusia.
c)
Secara geografis, tanah
tidak bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Hasil sumber daya alam
yang diperoleh dari tanah bisa saja berpindah. Misalnya pepohonan bisa kita
pindahkan dari stu lokasi ke lokasi lainnya.
·
Teori Sewa Tanah
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya, produsen membutuhkan sebidang
tanah. Namun tidak semua produsen memilikinya. Untuk mendapat tanah, produsen
bisa saja membeli, meminjam, atau menyewakan tanah, dengan membayar sejumlah
uang sebagai ganti rugi atas penggunaan tanah tersebut dalam proses produksi.
Secara umum, para ahli ekonomi menyebut biaya ganti rugi ini sebagai harga sewa
tanah.
Sewa tanah adalah harga yang diberikan kepada para pemilik tanah karena
telah menyewakan tanahnya ke dalam proses produksi. Berikut ini adalah beberapa
teori sewa tanah diantaranya:
1)
Teori Perbedaan Kesuburan
Salah seorang ekonom penganut aliran
klasik, David Ricardo berpendapat bahwa sewa tanah muncul sebagai ganti rugi
yang dibayarkan kepada pemilik tanah atas penggunaan tanah tersebut. Menurut
teori ini sewa tanah dibagi menjadi tiga kategori yang dikenal dengan “Rente
Diferensial”, yaitu :
a.
Tingkat kesuburan
b.
Letak strategis
c.
Intensitas pengolahan
2)
Teori sewa sesuai hukum permintaan dan penawaran
Tanah merupakan faktor produksi yang
sangat penting. Permintaan tanah yang terus meningkat sementara penawaran tidak
mengalami peningkatan mengakibatkan naiknya harga sewa tanah. Akibatnya, sewa
tanah dibayar bukan lagi karena kesuburannya, tetap lebih ditekankan kepada
keperluan akan tanah tersebut. Besarnya sewa yang harus dibayar dipengaruhi
oleh jenis penggunaan tanah. Jika tanah tersebut digunakan untuk pembudidayaan
tanaman ekspor, maka sewa tanah umumnya naik, karena harga barang ekspor yang
cenderung tinggi. Jadi, sewa tanah tergantung dari peruntukan, hasil yang didapatkan
serta interaksi permintaan dan penawaran.
2.3.4. Faktor Produksi Keterampilan (Skill)
Faktor produksi keterampilan adalah keterampilan
atau keahlian seseorang dalam memanfaatkan/mendayagunakan faktor produksi dalam
rangka menghasilkan barang dan jasa.
Faktor produksi keterampilan ini disebut juga denga
faktor prouksi kewirausahaan. Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan yang mampu mengelola dan mengambil keputusan atas berbagai faktor
produksi, agar usaha tersebut bisa berjalan secara efektif dan efisien, guna
mencapai tujuan perusahaan/badan usaha yang telah ditetapkan.
Untuk seorang wirausahawan, balas jasa yang mereka
terima disebut laba, yang merupakan bagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Berikut beberapa teori yang mengemukakan alasan mengapa seorang
wirausahawan mendapatkan laba, yaitu :
1)
Teori Jean Baptiste Say
Menurut J.B. Say, seorang wirausahawan adalah orang yang
harus mampu memimpin dan mengawasi jalannya perusahaan agar perusahaan tersebut
mampu meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh sebab itu sebagai balas
jasa maka wirausahawan layak mendapatkan bagian yang disebut dengan laba
pengusaha.
2)
Teori Karl Marx
Teori Karl Mark yang terkenal dengan teori nilai lebih (surplus value theory) mengatakan bahwa
laba pengusaha muncul karena adanya perbedaan antara upah yang seharusnya dan
upah yang dibayarkan kepada buruh, dimana upah yang dibayarkan lebih rendah
dari upah yang seharusnya. Selisih ini disebut dengan nilai hsil kerja buruh,
yang kemudian diberikan kepada wirausahawan. Misalnya tenaga kerja yang
memiliki nilai produktivitas Rp 10.000,00 hanya diberikan upah Rp 7.000,00.
Sedangkan selisih Rp 3.000,00 merupakan nilai lebih yang dijadikan laba
wirausahawan.
3)
Teori Hawley
Hawley berpendapat bahwa salah satu fungsi dari pengusaha
adalah menanggung segala resiko yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk pada
saat perusahaan gagal. Karena itu, wirausahawan berhak mendapatkan bagian dari
laba perusahaan. Teori ini dikenal juga dengan risk bearing theory.
2.4. Teori Produksi
Penggabungan berbagai
faktor-faktor produksi biasa disebut dengan masukan atau input, dihasilkan
hasil produksi yang disebut output. Proses penggabungan dan pembentukan
berbagai masukan menjadi keluaran ini dinamakan sebagai proses produksi.
Bagaimana proses produksi berlangsung? Bagaimana seorang pengusaha konveksi
menentukan beberapa jumlah pekerja, mesin jahit serta peralatan lainnya yang
dibutuhkan agar produksi pakaiannya bisa maksimal? Pertanyaan ini sebenarnya
terangkum dalam teori produksi. Teori produksi menggambarkan perilaku produsen
dalam memproduksi barang dan jasa.
2.4.1. Klasifikasi Faktor Produksi
Untuk tujuan analisis
proses produksi, faktor produksi (input) dapat dibedakan atas faktor produksi
tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya dalam waktu tertentu. Faktor
produksi ini dapat diubah, tetapi dengan biaya yang sangat besar dan biasanya
dalam jangka panjang. Contohnya gedung, mesin, dan kendaraan.
Faktor produksi variabel adalah
faktor produksi yang dapat diubah dengan cepat dalam jangka pendek. Contonya
tenaga kerja dan bahan baku.
2.4.2. Fungsi Produksi
Dalam
teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi
adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan
per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor
produksi maupun harga produk.
Fungsi
produksi merupakan interaksi antara masukan (input) dengan keluaran (output).
Misalkan kita memproduksi jas. Dalam fungsi produksi, jas itu bisa diproduksi
dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu komposisinya diubah begitu saja,
maka hasilnya juga akan berubah. Namun, output dapat tetap sama bila perubahan
satu komposisi diganti dengan komposisi yang lain. Misalnya penurunan jumlah
mesin diganti dengan penambahan tenaga kerja. Secara matematis, fungsi
produksi dapat ditulis sebagai berikut :
|
Dimana
Q adalah jumlah barang yang dihasilkan (quantity), f adalah simbol persamaan fungsional
(function), L adalah tenaga kerja (labour), R adalah kekayaan alam (resources),
dan C adalah modal (capital), serta T adalah teknologi (technology).
Persamaan
tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa
tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah tenaga kerja, jumlah
kekayaan alam, jumlah modal, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi
yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi
tersebut dengan jumlah yang berbeda-beda juga.
2.4.3. Teori Produksi dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Teori produksi dengan satu faktor produksi variabel
menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan
satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi
yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus).
·
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan
suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum ini menyatakan
bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlanhnya (tenaga kerja) terus
menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini
menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai
tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian pada hakikatnya
hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan di antara
tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam
tiga tahap, yaitu tahap pertama produksi total mengalami pertambahan yang
semakin cepat, pada tahap kedua produksi total pertambahannya semakin lambat,
dan pada tahap ketiga produksi total semakin lama semakin berkurang.
Di dalam mempelajari teori produksi dengan satu
faktor produksi variabel terdapat tiga
ukuran penting yang
perlu diperhatikan, yaitu :
a.
Produk Total (total
product-TP)
Produk Total (total
product-TP) adalah jumlah keluaran
(output) yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Produk total dapat
digambarkan dalam Kurva Produk Total
(TPC) atau Total Physical Product
Curve yaitu kurva
yang menunjukkan tingkat produksi
total (TP) pada
berbagai tingkat penggunaan
input variabel.
b.
Produk
Rata-Rata (average product-AP)
Produk
Rata-Rata (average product-AP) adalah
hasil bagi produk total dengan
jumlah faktor produksi variabel yang digunakan untuk memproduksi. Dalam bentuk
matematis, produk rata-rata dapat dihitung dengan rumus ;
AP =
Dimana :
AP =
produk rata-rata,
TP =
produk total,
L = tenaga kerja.
Produk rata-rata dapat digambarkan dalam Kurva Produk
Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APC), yaitu kurva
yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel
pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
c.
Produk Marjinal (marginal product-MP)
Produk Marjinal (marginal product-MP) adalah pertambahan output yang dihasilkan dari
pertambahan satu unit faktor produksi variabel. Dalam bentuk matematis, produk
rata-rata dapat dihitung dengan rumus ;
MP=
Dimana :
MP =
produk marjinal
TP =
produk total
L =
tenaga kerja
r =
perubahan (selisih)
Produk marjinal dapat digambarkan dalam Kurva Produk Marginal (MPC)
atau Marginal Physical
Product Curve (MPP),
yaitu kurve yang menunjukkan
tambahan output (Y)
yang disebabkan oleh
penggunaan tambahan satu unit input variabel.
2.4.4. Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Teori produksi dengan dua faktor produksi variabel menggambarkan
hubungan antara tingkat produksi dengan
dua macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi
yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus).
Dalam teori produksi dengan dua faktor produksi
variabel ini terdapat beberapa konsep yang harus dipahami diantaranya:
a.
Kurva Produksi Sama (Isoquant).
Kurva isoquant adalah kurva yang menunjukan berbagai
kombinasi faktor produksi yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Contoh dalam tabel di bawah ini terdapat empat gabungan
tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan produksi sebanyak 1000 unit.
TABEL
Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Prodksi
Gabungan
|
Tenaga Kerja (unit)
|
Modal (unit)
|
A
|
1
|
6
|
B
|
2
|
3
|
C
|
3
|
2
|
D
|
6
|
1
|
Kurva Isoquant
Gabungan A menunjukkan bahwa 1 unit tenaga kerja dengan 6 unit modal dapat
menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa
yang diperlukan adalah 2 unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C
menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal.
Akhirnya gabungan D menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga
kerja dan 1 unit modal.
b.
Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical
substitution (MRTS).
Jumlah input L yang dapat disubstitusikan
terhadap input C agar tingkat output yang dihasilkan tidak berubah. Menunjukkan
tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil sepanjang pergerakan ke bawah
kurva isoquant.
c.
Garis biaya sama (Isocost).
Garis biaya sama (Isocost) adalah kombinasi
faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah ongkos
tertentu. Untuk menggambar isocost
ini harus diketahui uang tersedia dan harga masing-masing faktor
produksi/input. Anggaran tertinggi yang mampu disediakan produsen untuk membeli
input yang digunakan dalam proses produksi dihubungkan dengan harga input.
Berdasarkan contoh yang telah dibuat di atas misalkan
upah tenaga kerja adalah Rp 1.000,00 dan biaya modal per unit Rp 2.000,00;
sedangkan jumlah uang yang tersedia adalah Rp 8.000,00. Berikut kurva yang
menggambarkan garis biaya sama:
2.5. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan
perusahaan tersebut. Biaya produksi
dibedakan dalam dua jangka waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka pendek adalah jangka waktu di mana perusahaan dapat
menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan.
2.5.1. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek
·
Biaya Total (Total Cost)
Konsep biaya
total dibedakan kepada tiga pengertian, yaitu :
1) Biaya Total (Total Cost)
Biaya total (Total Cost) adalah
keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya total didapat dari menjumlahkan biaya
tetap total (Total Fixed Cost- TFC)
dan biaya tidak tetap total (Total
Variable Cost- TVC). Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan
rumus berikut :
TC = TFC + TVC
2)
Biaya Tetap Total (Total Fixed
Cost)
Biaya tetap total (Total Fixed Cost) merupakan keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat
diubah jumlahnya. Membeli mesin, mendirikan pabrik, adalah contoh faktor
produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek.
3)
Biaya Tidak Tetap Total (Total
Variable Cost)
Biaya tidak tetap total (Total Variable Cost) merupakan keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang dapat diubah
jumlahnya.
Contohya faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000,00.
Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang tidak tetap jumlah dan nilainya
dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah
yang diperlukan. Oleh sebab itu perbelanjaan ke atas bahan mentah semakin
bertambah. Dalam analisis biasanya biaya untuk memperoleh bahan mentah
diabaikan. Oleh karena itu biaya tidak tetap biasanya merupakan perbelanjaan
untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
·
Biaya Rata-rata (Average Cost)
Biaya rata-rata dibedakan kepada
tiga pengertian, yaitu :
1) Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed
Cost)
Biaya tetap
rata-rata (Average Fixed Cost)
diperoleh apabila biaya tetap total (TFC) untuk memperoleh sejumlah barang
tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Dengan demikian rumus
untuk menghitung biaya tetap rata-rata (AFC) adalah :
AFC =
2) Biaya Tidak Tetap Rata-Rata (Average
Variable Cost)
Biaya tidak
tetap rata-rata (Average Variable Cost)
diperoleh apabila biaya tidak tetap total (TVC) untuk memproduksi sejumlah
barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tidak tetap rata-rata
dapat dihitung dengan rumus :
AVC =
3) Biaya Total Rata-Rata (Average Cost)
Biaya total
rata-rata (Average Cost) diperoleh
apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut. Nilainya dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
AC = atau
AC = AFC + AVC
·
Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya Marginal (Marginal Cost) merupakan kenaikan biaya
produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit. Dengan
demikian berdasarkan definisi ini, biaya marjinal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
MCn = TCn – TCn-1 atau MCn
=
Dimana :
MCn =
Biaya marjinal produksi ke- n
TCn
= Biaya total pada waktu
produksi ke- n
TCn-1 =
Biaya total pada waktu produksi ke- n-1
TC =
Biaya total
Q =
Jumlah produksi
r = perubahan (selisih)
Contoh :
TABEL
Biaya Produksi Jangka Pendek (Ribu
Rupiah)
L
|
Q
|
TFC
|
TVC
|
TC
|
MC
|
AFC
|
AVC
|
AC
|
0
|
0
|
50
|
0
|
50
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
50
|
50
|
100
|
25,00
|
25,00
|
25,00
|
50,00
|
2
|
6
|
50
|
100
|
150
|
12,50
|
8,33
|
16,67
|
25,00
|
3
|
12
|
50
|
150
|
200
|
8,33
|
4,17
|
12,50
|
16,67
|
4
|
20
|
50
|
200
|
250
|
6,25
|
2,50
|
10,00
|
12,50
|
5
|
27
|
50
|
250
|
300
|
7,14
|
1,85
|
9,26
|
11,11
|
6
|
33
|
50
|
300
|
350
|
8,33
|
1,52
|
9,09
|
10,61
|
7
|
38
|
50
|
350
|
400
|
10,00
|
1,32
|
9,21
|
10,53
|
8
|
42
|
50
|
400
|
450
|
12,50
|
1,19
|
9,52
|
10,71
|
9
|
45
|
50
|
450
|
500
|
16,67
|
1,11
|
10,00
|
11,11
|
10
|
47
|
50
|
500
|
550
|
25,00
|
1,06
|
10,64
|
11,70
|
11
|
48
|
50
|
550
|
600
|
50,00
|
1,04
|
11,46
|
12,50
|
·
Kurva Biaya Total (Total Cost)
Jumlah Produksi (unit)
Jumlah Produksi (unit)
|
·
Kurva Biaya Rata-rata (Average Cost)
|
·
Hubungan antara Kurva MC dengan
AC
Gambar di atas menunjukkan:
§ Apabila MC < AVC, maka AVC menurun
§ Apabila MC > AVC, maka AVC menaik
2.5.2. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang
perusahaan dapat menambah semua faktor produksi (input) yang akan digunakan.
Oleh karenanya, produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya tetap dan
biaya tidak tetap.
Ini berarti perusahaan
dapat pula menambah mesin-mesin produksi (teknologi), luasan lahan pabrik dan
bangunan (tanah). Akibatnya, dalam jangka panjang banyak terdapat kuva jangka
pendek yang dapat digambarkan.
·
Cara meminimumkan biaya dalam
jangka panjang
Karena perusahaan dapat memperluas kapasitas
produksi, maka ia harus dapat menentukan kapasitas pabrik agar dapat
meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi, kapasitas pabrik
digambarkan dengan kurva biaya total Rata-rata (AC). Sehingga dalam analisis,
meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk
kapasitas yang berbeda-beda.
·
Beberapa kemungkinan kapasitas
pabrik
·
Kurva LRAC (Long Run Average
Cost)
Kurva LRAC (Long Run Average Cost) adalah kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang
paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu
mengubah kapasitas produksinya.
Kurva LRAC dibentuk berdasarkan kurva AC yang tak
terhingga jumlahnya hingga membentuk garis lengkung berbentuk U. Titik
persinggungan merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk
berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha dalam jangka panjang.
·
Skala Ekonomi dan Tidak Ekonomi
1) Skala Ekonomi
Skala
kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomi (Economies of scale) apabila pertambahan
produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi
yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan
pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien.
Ini dicerminkan oleh biaya produksi yang bertambah rendah. Pada kurva LRAC
keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila
produksi bertambah. Berikut ini merupakan faktor penting yang menimbulkan skala
ekonomi, yaitu :
a. Spesialisasi Faktor-faktor produksi
Dalam perusahaan yang kecil
ukurannya para pekerja harus menjalankan beberapa tugas. Oleh sebab itu mereka
tidak dapat mencapai keterampilan yang tinggi di dalam mengerjakan pekerjaan
tertentu. Dalam perusahaan yang besar dilakukan spesialisasi. Setiap pekerja
diharuskan melakukan suatu pekerjaan tertentu saja sehingga menambah
keterampilan mereka. Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan menurunkan
biaya per unit.
b. Pengurangan Harga bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi lain
Setiap perusahaan membeli bahan
mentah, mesin-mesin, dan beberapa jenis peralatan untuk melakukan kegiatan
produksi. Harga bahan-bahan tersebut akan bertambah apabila pembelian bertambah
banyak. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan-bahan dan peralatan
produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan menjadi
semakin murah.
c. Memungkinkan Produk Sampingan (by-product) Diproduksi
Di dalam perusahaan adakalanya
terdapat bahan-bahan yang terbuang, yaitu barang-barang yang tidak
terpakai yang merupakan residu yang
diciptakan oleh proses produksi. Di dalam perusahaan kecil jumlah barang residu
tersebut biasanya tidak banyak dan tidak ekonomis untuk diproses menjadi barang
sampingan. Tetapi apabila perusahaan melakukan kegiatan produksi yang besar,
dan memiliki barang residu yang cukup banyak, barang residu ini dapat diproses
menjadi barang yang diproduksi secara sampingan. Kegiatan yang baru ini akan
menurunkan biaya per unit dari keseluruhan operasi perusahaan.
d. Mendorong Perkembangan Usaha lain
Apabila suatu perusahaan telah
menjadi sangat besar, maka timbul permintaan yang cukup ekonomis untuk
mengembangkan kegiatan di bidang usaha lain yang menghasilkan barang-barang
atau fasilitas yang dibutuhkan perusahaan yang besar tersebut. Sebagai contoh,
pembesaran perusahaan lain akan mendorong pemerintah menyediakan jaringan
pengangkutan yang baik, dan fasilitas penyediaan air dan listik yang murah. Di
samping itu perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa-jasa kepada perusahaan
yang besar tersebut akan berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi
biaya per unit.
2) Skala Tidak Ekonomi
Kegiatan
memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai skala tidak ekonomi (dis-economies of scale) apabila
pertambahan biaya produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata semakin tinggi.
Ini disebabkan menurunnya efisiensi produksi.
Penyebab
skala tidak ekonomi antara lain apabila organisasi perusahaan sudah sangat
besar sekali sehingga menimbulkan kerumitan dalam mengatur dan memimpinnya.
2.6. Produksi Optimal
Penentuan
pola produksi optimal merupakan masalah yang penting dalam suatu perusahaan,
karena menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan dan merencanakan
kebutuhan dan tingkat produksi perusahaan. Ada tiga macam pola produksi, yaitu pola
produksi konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil ramalan penjualan dan untuk mengetahui
pola produksi optimal yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
Dalam
melakukan analisis data yang ada dalam perusahaan yang sesuai dengan pokok
permasalahan , maka teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis incremental cost yaitu suatu analisis
yang mempertimbangkan biaya-biaya tambahan yang muncul dalam proses produksi
dari masing-masing alternative pola produksi yang ada. Biaya-biaya yang
dipertimbangkan adalah biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga
kerja dan biaya subkontrak. Sedangkan untuk menentukan pola penjualan yang ada
dalam perusahaan dilakukan ramalan penjualan dengan metode exponential smoothing Alpha 0.5.
·
Tingkat Produksi Optimal
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ)
adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total
biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya
persiapan (set up cost) dan biaya
penyimpanan (carrying cost) yang
dikeluarkan jumlahnya minimum. Artinya, tingkat produksi optimal akan
memberikan total biaya persediaan atau total inventory cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat
persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga
mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya
persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi sebagai berikut :
1.
Barang yang diproduksi
mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2.
Selama produksi
dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi
dikurangi tingkat permintaan.
3.
Selama berproduksi,
besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama
pemenuhan.
·
Penentuan Volume Produksi yang Optimal
Menurut Riyanto (2001), penentuan
jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel
dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang
disebut biaya persiapan produksi (set-up
cost).
2.
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya
penyimpanan (holding cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin
tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
1.
Biaya
fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.
Biaya modal (opportunity cost of capital)
3.
Biaya keusangan
4.
Biaya perhitungan fisik
dan konsiliasi laporan
5.
Biaya asuransi
persediaan,
6.
Biaya pajak persediaan,
7.
Biaya pencurian,
pengrusakan atau perampokan
2.7. Perilaku Produsen
Dalam
mengenal produsen kita perlu mempelajari prilaku produsen sebagai
perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Model perilaku produsen dapat didefinisikan sebagai suatu
sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan
aktivitas-aktivitas produsen. Model perilaku produsen
dapat pula di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang
diyakinkan produsen dalam mengambil keputusan menjual dan mencari keuntungan. Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor
perilaku produsen yaitu :
1.
Kekuatan sosial budaya
terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan dan keluarga.
2.
Kekuatan
pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan
keyakinan.
3.
Tujuan dan fungsi modal
perilaku produsen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang
telah diketahui mengenai perilaku produsen.
4.
Menganalisis perilaku
produsen akan lebih mendalam dan berhasil apabila kita dapat memahami
aspek-aspek pisikologis manusia secara keseluruhan.
Dengan
demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan
pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen
dan diri pribadinya.
Sebuah
usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik apabila dijalankan oleh produsen
atau yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mencari
peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan
dan mengelola suatu bisnis.
Pengusaha
berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki sebuah
usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu barulah sebatas
pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan sumber
daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha
lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang
menguntungkan, mencari dan mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis.
2.7.1. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Perekonomian
Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian
adalah sebagai berikut :
a.
Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain beberapa kepentingan
masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat juga akan mendapatkan
pandangan baru mengenai hubungan perusahaan dengan masyarakat. Hubungan
masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak
yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan
dalam membangun masyarakat dan lingkungan yang lebih baik.
b.
Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai legitimasi untuk
mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner
dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan
oleh anggota masyarakat, dalam hal ini adalah perusahaan atau organisasi
bisnis.
2.7.2. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi
Perilaku produsen dalam kegiatan produksi adalah
sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Seorang produsen harus mempunyai rencana-rencana tentang
tujuan dan apa yang sedang atau akan dicapai. Perencanaan yang baik harus
memenuhi persyaratan berikut ini:
1.
Faktual dan realistis; artinya apa yang dirumuskan sesuai
fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
2.
Logis dan rasional; artinya apa yang dirumuskan dapat
diterima oleh akal sehingga perencanaan dapat dijalankan.
3.
Fleksibel; artinya perencanaan yang baik adalah yang
tidak kaku yaitudapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang.
4.
Komitmen; artinya perencanaan harus melahirkan komitmen
terhadapseluruh isi perusahaan (karyawan dan pimpinan) untuk bersama-sama
berupaya mewujudkan tujuan perusahaan.
5.
Komprehensif; artinya perencanaan harus menyeluruh dan
meng-akomodasi aspek-aspek yang terkait langsung terhadap perusahaan.
b.
Pengorganisasian
Produsen harus dapat mengatur keseluruhan sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengorganisasian ini, rencana dilakukan dalam sebuah pembagian kerja yang
terdapat kejelasan tentang bagaimana tujuan dan rencaana akan dilaksanakan,
dikoorninasikan dan dikomunikasikan.
Produsen harus dapat mengalokasikan keseluruhan
sumberdaya yang ada (dimiliki) oleh perusahaan untuk mencapai tujuan dan
rencana perusahaan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian ini, rencana
dan tujuan perusahaan diturunkan dalam sebuah pembagian kerja yang terdapat
kejelasan tentang bagaimana rencana dan tujuan perusahaan akan dilaksanakan,
dikoordinasikan ,dan dikomunikasikan.
c.
Pengarahan
Langkah berikutnya yang harus dilakukan produsen adalah
bagaimana keseluruhan rencana yang telah diorganisir tersebut dapat
diimplementasikan. Agar rencana terwujud, produsen wajib mengarahkan dan
membimbing anak buahnya.
d.
Pengendalian
Produsen harus melakukan kontrol terhadap apa yang telah
dilakukan. Hal ini terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan. Karena,
walaupun rencana yang sudah ada dapat diatur dan digerakkan dengan jitu tetapi
belum menjamin bahwa tujuan akan tercapai dengan sendirinya. Untuk itu perlu
dilakukan pengendalian (kontrol) dan pengawasan dari produsen atau pengusaha
(pimpinan) yang bersangkutan.
2.8. Contoh Prilaku Produsen Yang Merugikan
Peranan
produsen selaku pemasok barang, tentu sangat berpengaruh pada peredaran barang
dan naik turunnya harga barang yang diterima masyarakat, jika produsen
bertindak semena-mena dalam menaikkan harga barang, sudah pasti para pedagang
kelas menengah ke bawah juga akan ikut menaikkan harga, dan pada akhirnya
masyarakatlah yang akan mengalami kerugian karena harga yang sampai ditangan
mereka pasti sangat mencekik.
Untuk
itu, perilaku prdusen tidak boleh sewenang-wenang seperti menaikkan harga
sembako sembarangan, karena perilaku seperti itu pasti akan merugikan
masyarakat dan merembet ke sektor-sektor ekonomi lainnya.
Demi
menjaga stabilnya harga pasar dan perilaku produsen juga para pelaku ekonomi
lainnya, maka perlu adanya kebijakan yang mengatur segala tindakan ekonomi agar
jangan sampai terjadi istilahnya monopoli perdagangan yang pasti akan
mengakibatkan kerugian baik dalam skala kecil maupun skala global. Adapun
ciri-cirinya antara lain:
1.
Produsen barang/jasa
semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
2.
Kurang memperhatikan
kualitas barang
3.
Tidak jujur dalam
mengukur berat, ukuran tidak standar.
4.
Kurang memperhatikan
kelestarian lingkungan
5.
Tidak taat membayar
kewajiban pajak.
Contoh perilaku produsen
diantaranya sebagai berikut:
1.
Produsen mencari
keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal
yang seminimum mungkin.
2.
Produsen memberikan
diskon kepada pembeli atau konsumen yang membeli barang dalam jumlah yang
banyak yang telah ditentukan produsen itu sendiri.
3.
Produsen mematok biaya
produksi berdasarkan faktor input produksi tersebut, sehingga ketika harga
salah satu faktor input naik, maka harga jual hasil produksi pun akan ikut
naik.
4.
Selain produsen
menghasilkan barang atau jasa sesuai kebutuhan konsumen, produsen juga
menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak
diminati oleh masyarakat.
5.
Produsen juga
mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang terkenal saat itu untuk
memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.
6.
Produsen juga memberikan
diskon besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang atau biasa
disebut cuci gudang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Produksi adalah kegiatan menambah faedah (kegunaan)
suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan produksi ini dilakukan oleh seseorang yang disebut
dengan produsen. Seorang produsen dalam
melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam
keputusan, yaitu berapa output yang harus diproduksikan, dan berapa dalam kombinasi
bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan. Secara umum produsen
melakukan kegiatan produksi adalah
menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia guna mencapai
kemakmuran.
Faktor
produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas tenaga kerja
manusia, sumber daya alam, modal dan keterampilan (skill). Dalam teori ekonomi,
setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi
adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan
per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor
produksi maupun harga produk.
Teori produksi dengan satu faktor produksi variabel
menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan
satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi
yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus).
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan
bahwa hubungan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
·
Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang
semakin cepat.
·
Tahap kedua : Produksi total pertambahannya semakin
lambat.
·
Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin
berkurang.
Teori produksi dengan dua faktor produksi variabel
menggambarkan hubungan antara tingkat
produksi dengan dua macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan
faktor-faktor produksi yang lain
dianggap penggunaannya tetap pada
tingkat tertentu (ceteris paribus).
Dalam teori produksi dengan dua faktor produksi
variabel ini terdapat beberapa konsep yang harus dipahami diantaranya kurva
produksi sama (isoquant), daya
substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS), dan
garis biaya sama (Isocost).
Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor dan
bahan-bahan mentah yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Biaya produksi dibedakan dalam dua jangka waktu, yaitu
jangka pendek dan jangka panjang.
Penentuan pola produksi optimal merupakan masalah yang
penting dalam suatu perusahaan, karena menjadi dasar bagi perusahaan dalam
menentukan dan merencanakan kebutuhan dan tingkat produksi perusahaan. Teknik
analisis data yang dilakukan adalah analisis incremental cost yaitu suatu analisis yang mempertimbangkan
biaya-biaya tambahan yang muncul dalam proses produksi dari masing-masing
alternative pola produksi yang ada.
Tingkat produksi optimal (EPQ) adalah sejumlah produksi
tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ
menggunakan asumsi bahwa barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang
lebih besar dari tingkat permintaan, selama produksi dilakukan, tingkat
pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan,
dan selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena
penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya
variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan
sebagai berikut :
1.
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang
disebut biaya persiapan produksi (set-up
cost).
2.
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan
(holding cost).
Model perilaku produsen dapat didefinisikan sebagai suatu
sekema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan
aktivitas-aktivitas produsen. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku produsen, yaitu kekuatan sosial budaya terdiri
dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan dan keluarga,
kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap
dan keyakinan, serta tujuan dan fungsi modal perilaku produsen sangat
bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai
perilaku produsen.
Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian mencakup manfaat yang diberikan
oleh tanggung jawab sosial produsen kepada masyarakat adalah beberapa
kepentingan dan kebutuhan masyarakat terpenuhi dan membantu pemerintah dalam
mewujudkan tatanan masyarakat. Sedangkan perilaku produsen dalam
kegiatan produksi mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian produksi.
Perilaku produsen yang merugikan adalah sewenang-wenang
menaikkan harga sembako dengan sembarangan, sehingga merugikan masyarakat dan
merembet ke sektor-sektor ekonomi lainnya. Selain itu terdapat beberapa
perilaku produsen diantaranya, yaitu produsen mencari keuntungan dengan
menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum
mungkin, produsen memberikan diskon kepada pembeli, produsen mematok biaya
produksi berdasarkan faktor input produksi, produsen menghasilkan barang atau
jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat, dan
mengadaptasi isu global yang sedang terkenal, serta memberikan diskon
besar-besaran (cuci gudang).
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. (2007).
EKONOMI. Jakarta: Erlangga.
Agussalim, Andi. Makalah
Ekonomi Mikro – Perilaku Produsen. Diposkan 13 Desember 2011, http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/13/makalah-ekonomi-mikro-perilaku-produsen/
A Simple Future Is My Choice.Teori dan Perilaku
Produsen. Minggu, 31 Maret 2013 Erlanggaba 10:53:00 PMhttp://erlanggaba.blogspot.com/2013/03/teori-dan-perilaku-produsen.html
HertoniAN' Blog. Produsen dan Fungsi Produksi. Diposkan 21
Maret 2012. http://hertoniraditya.wordpress.com/2012/03/21/perilaku-produsen/
PERILAKU PRODUSEN. Diposkan oleh Dimas novaliyo Jumat, 22
Maret 2013 http://dimasnopalio.blogspot.com/2013/03/prilaku-produsen.html Minggu, 26 Mei 2013,
09.53
Siti Sarah's. Makalah
Perilaku Produsen. Diposkan Kamis, 08 Maret 2012. http://sarahitusiti.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-latar-belakang-sadar.html
Sukirno, Sadono. (2011). Mikro Ekonomi (Teori
Pengantar). Jakarta : Rajawali Pers.
Tempat Nongkrong. Teori
Perilaku Produsen. Diposkan Senin, 15 April 2013 oleh Kevin Reynaldo 20.38. diambil Kamis, 06 Juni
2013 di 19.35 dari http://achilles-tycoon.blogspot.com/2013/04/teori-perilaku-produsen.html